Minggu, 06 Februari 2011

pengalaman meraga sukma

Dalam waktu kurang dari 10 menit, saya mengalami sebuah pengalaman yang belum pernah terbayangkan sebelumnya. Pernah menjadi suatu keinginan, tapi untuk mengalaminya benar-benar tidak terkhayalkan. Hari ini, keinginan yang hanya satu dua kali pernah terlintas dalam pikiran saya itu ternyata teralami juga. Terbang dengan ringan di atas Jakarta, melintasi lampu-lampu gedung di malam hari.

Dengan terus berdzikir, saya menutup mata, lalu saya mendengar suara orang yang membimbing saya di belakang. "Minta kepada Allah, untuk bisa meloncat keluar." Lalu ia melafazkan beberapa kalimat dzikrullah (semacam Password) untuk saya ikuti. Kemudian dalam keadaan sadar sepenuhnya, saya merasa sudah melewati meja ruang tamu.

SAYA MENJADI DUA

"Apakah sekarang telah melihat diri sedang duduk?" saya ditanya. Bersamaan dengan pertanyaan pembimbing saya ini, saya memang telah melihat diri saya dengan kemeja putih tampak sedang konsentrasi duduk kira-kira dua meter di depan sana. Sedangkan diri saya yang sedang melihat ini berada hampir ke luar pintu rumah. Aneh rasanya. Setelah saya menjawab ya, ia melanjutkan, "Berarti sekarang dirimu ada dua, bukan?"

Kemudian saya diinstruksikan untuk terus berjalan ke luar rumah. Saya agak bingung untuk melangkahkan "diri" saya ini. Menyadari bahwa tubuh sedang duduk, tapi di waktu yang sama sayapun merasakan bahwa saya sedang berada di luar tubuh yang sedang duduk itu. Ini belum pernah saya alami seumur hidup. Belum pernah ada referensi dalam kepala saya, apa yang harus dilakukan. Jadi dengan upaya yang agak asal-asalan saya mencoba menggerakkan spirit saya ini saja.

Terdengar lagi suara Bapak yang sabar itu, "Kok, jalannya begitu? Sekarang kan sudah ada di depan pagar, jangan bingung." Kemudian ia berkata, "Ucapkan Ya Allah, Ya Adziim, Ya Rahiim, Ya Adiil, lalu minta pada Allah untuk bisa melewati pagar. Sekarang sudah ada di jalan? Mau kemana?" ia bertanya. "Mungkin ke Menteng Raya," jawab saya dengan agak kurang yakin tapi hati saya bergejolak.

TERBANG RINGAN MELINTASI LAMPU-LAMPU GEDUNG

"Sudah di Menteng Raya? Sekarang coba pergi ke Monas, langsung," ucapnya. Pikiran sayapun dalam beberapa saat agak bingung. Tapi ini tidak lama. Saya meniatkan hati untuk ke Monas, lalu tanpa banyak waktu lagi, dalam hitungan detik saya merasa diri terbang melesat tanpa melakukan usaha apa-apa. Monas tampak di hadapan saya, makin dekat dengan cepatnya.

Kemudian pembimbing saya ini bertanya, "Apa yang kamu lihat di sana, banyak orang?" Saya belum bisa menjawab. "Tenang, jangan berpikir... menunggu saja nanti akan muncul sendiri," ucapnya. Saat mendengar petunjuknya itu, saya telah melihat banyak sosok di atas tangga Monumen Nasional yang diterangi banyak lampu itu. Sosok-sosok. Tapi tampaknya.. bukan manusia.

Mereka bergerak berseliweran. Ada satu yang tampak menatap ke arah diri saya. Putih, tinggi, seperti berjubah dari kepalanya sampai ke bawah. Kemudian dalam beberapa detik lapisan tangga di hadapan saya ini kosong lagi, figur-figur itu hilang. Sekejap, mereka muncul lagi. Jarak antara tempat saya melihat dengan mereka sekitar 50 meter.

Saya berusaha menatap sosok putih tinggi itu, ingin lebih jelas melihat wajahnya. Tapi tiba-tiba terdengar suara pembimbing saya, "Aduh, emosinya... jangan menggunakan emosi, cepat kembali lagi, kembali..." terdengar instruksi pada saya. Memang saya merasa harus kembali, tapi pada saat yang sama juga merasa masih ingin berada di sana. Tapi saya menurutinya. Secepatnya saya kembali lagi berada di ruang tamu tempat saya duduk di sudut.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar